Selasa, 08 November 2011
MAHKUM FIIH
A. Mahkum Fiih
Mahkum fiih (objek hukum) adalah perbuatan mukallaf yang terkait dengan hukum syari’ (Allah SWT dan Rasul-Nya) Perbuatan yang ditetapkan hukumnya
(الْمَحْكُوْمُ فِيْهِ)فِعْلُ الْمُكَلَّفِ الَّذِيْ تَعَلَّقَ بِهِ خِطَابُ الشَّارِعِ
=>> Q.S Al-Maidah: 1
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad...”
=>> Q.S Al-Baqarah:282
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...”
=>> Q.S Al-An’am:151
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa...”
=>> Q.S Al-Baqarah: 267
“...Dan janganlah kamu memilih yang buruk lalu kamu nafkahkan daripadnya..”
B. Syarat –syarat Mahkum Fiih
a. Perbuatan tersebut harus diketahui mukallaf dengan pengetahuan yang sempurna, sehingga bisa dilaksanakan sesuai dengan tuntutan.
b. Mukallaf harus mengetahui sumber taklif, yaitu Allah.
c. Perbuatan itu bersifat mungkin untuk dilaksanakan. Atau dalam kemampuan mukallaf untuk mengerjakannya.
Perbuatan itu harus diketahui, bahwa pentaklifan itu datngnya dari mukallif (Allah SWT) yang memiliki otoritas penuh untuk memberikan taklif, dan mukallaf wajib mengikutinya.
Ket:
Yang dimaksud dengan pengetahuan mukallaf terhadap sesuatu yang taklifkan, ialah mencakup kemungkinan untuk mengetahuinya.
Akibat dari syarat yang ketiga ini, maka mayoritas ushuliyyin menyatakan:
1. Tidak boleh ada taklif terhadap sesuatu yang mustahil, baik yang dilihat dari zatnya ataupun dilihat dari luar zatnya.
2. Tidak sah hukumnya seseorang melakukan perbuatan yang ditaklifkan untuk dan atas nama orang lain, karena hal ini adalah taklif yang bukan kepada dirinya.
Hukum syara’ menurut Ushulyyin ialah Khitab Syari’ yang berkaitan dengan perbuatan para mukallaf, baik dalam bentuk tuntutan, pilihan (taklifi) atau ketetapan (wadh’i).
Hukum taklifi: Tuntutan untuk mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya, atau memberikan pilihan antara mengerjakan atau meninggalkannya.
Hukum wadh’i: sesuatu yang menuntu penetapan sesuatu sebagai sebab bagi sesuatu yang lain, atau menjadi syarat baginya, atau menjadi penghalang baginya.
Pengertian Mahkum ‘Alaih
=>> Mahkum ‘Alaih adalah mukallaf yang segala perbuatan dan tindakannya terkait dengan hukum syari’
=>> Yang dimaksud dengan Mukallaf:
الإِنْسَانُ الْبَالِغُ الْعَاقِلُ الَّذِيْ بَلَغَتْهُ الدَّعْوَةُ
Syarat taklif
=>> Mukallaf mampu memahami dalil taklif/tuntutan syara’ yang terdapat dalam Al-Quran dan sunnah
=>> Mukallaf harus mampu dalam bertindak hukum (Ahliyyah).
AHLIYYAH
A. Pengertian Ahliyyah
=>> Secara etimologi ahliyyah berarti“kecakapan menangani suatu urusan”
=>> Secara terminologi, para ahli ushul fiqh mendefenisikan ahliyyah dengan suatu sifat yang dimiliki seseorang, yang dijadikan ukuran oleh syari’ untuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara’
B. Pembagian Ahliyyah
1. Ahliyyah Al-Ada’ adalah kecakapan bertindak hukum seseorang yang telah dianggap sempurna untuk bertanggung jawab atas seluruh perbuatannya , baik yang bersifat positif maupun negatif.
2. Ahliyyah Al-wujub adalah kecakapan seseorang menerima hak-hak yang menjadi haknya, tetapi belum cakap untuk dibebani seluruh kewajibannya.
Para ulama ushul membagi lagi Ahliyyah Al-wujub kepada dua bagian:
=>> Ahliyyah Al-wujub An-Naqishah
yaitu ketika seseorang masih berada dalam kandunga ibunya(janin).
=>> Ahliyyah Al-wujub Al-Kamilah
yaitu kecakapan menerima hak bagi seorang anak yang telah lahir, sampai ia dinyatakan baligh dan berakal, sekalipun akalnya masih kurang seperti orang gila.
Halangan Ahliyyah
=>> ‘Awaridh As-samawiyyah, maksudnya halangan yang datang dari Allah SWT. Seperti gila, lupa, dungu dan mardh maut.
=>> ‘Awaridh Al-muktasbah, maksudnya halangan yang disebabkan perbuatan manusia. Seperti mabuk, terpaksa, tersalah, berada dibawah pengampunan
